Tadhkhiyyah 'Aziza': Harapan Takkan Pernah putus
RSS

Harapan Takkan Pernah putus

Sedikit kata untuk kalian : " Allah SWT tidak akan memutuskan harapan hambanya apabila tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa sesungguhnya Dia Yang Maha pembolak balik hati "


Tidak biasanya diriku termenung pagi ini. Aku masih tak percaya dengan kejadian kemarin. Dia benar tidak hadir pada acara itu. Padahal aku sangat mengharapkannya. Sungguh ini seperti mimpi dipagi buta. Enam bulan kutunggu momen seperti ini bersamanya, tetapi dia menghancurkan dengan pergi tanpa memberitahu kabar. Sungguh ini membuatku rapuh, aku bertahan untuknya yang aku tahu ini akan mengurangi rasa cintaku kepada-Nya.

Angin pagi pun datang mengetuk sadarku, membangunkanku dari lamunan ini. Ah, sudahlah untuk apa aku memikirkan hal ini. Hanya membuang waktuku yang sangat berguna. Aku pun meneguk susu hangat dihadapanku, entah mengapa rasanya sedikit berubah. Aku pun tidak menghabiskan susunya karena mood ku telah hilang.

Ya, malam pun datang. Dan entahlah, bayangannya selalu kembali datang dan memaksaku untuk membuang waktukku untuk mengingatnya. Entah bagaimana rasanya terhadapku sekarang. Aku hanya bisa bersabar menunggu kabar dari dia, berpasrah diri apabila dia sudah tidak mengingatku. Aku tahu rasa ini tidak pantas untuk anak seusiaku, usia yang baru genap 16 tahun. Ini sungguh bukan rasa cinta, karena yang aku tahu "tak ada cinta sejati melaikan cinta kepada-Nya" dan "tidak ada cinta yang akan penuh kebahagiaan melaikan cinta kepada Rasul-Nya".

Lantunan adzan shubuh membangunkanku pagi ini. Ku panjatkan do'a sebagai tanda terima kasihku kepada-Nya karna masih diberi kesempatan menghirup udara dunia. Sebuah sajadah dan mukena telah menungguku. Aku pun beranjak turun untuk berwudhu. Ku gelar sajadah dan kukenakan mukenaku. Pagi ini mungkin do'aku memang cukup panjang, setelah kemarin aku terasa lelah tak berdaya dimakan masalah. Ya, dengan harapan Allah SWT mengabulkan do'a dan permohonanku.

Sepiring nasi goreng dan segelas teh menyambutku dimeja makan. Seakan mereka tahu sudah seharian kemarin perutku tak tersentuh nasi sedikitpun. Aku pun mulai menyantap sarapan yang sengaja dibuat oleh Abi untukku. "ya Allah terima kasih atas rahmat-Mu pagi ini, kau memberiku orang-orang yang mencintaiku seperti Abi dan Ummi" syukurku dalam hati. Setelah makan aku pun bergegas mandi & berangkat sekolah. Tak lupa aku mencium tangan Abi & Ummi seraya berdo'a untuk dimudahkan dalam mencari ilmu dan semoga ilmu yang didapat bermanfaat bagi dunia dan akhiratku.

Ku berjalan menyusuri koridor sekolah mencari ruang kelas belajarku. Entah apa yang membuat langkahku terhenti. Ada apa ini? Ya, kenangan masa lalu itu hadir lagi. Ku coba memberontak tapi sakit kurasakan. Tepat diruang ini. Ya, diruang ini dia menyanyikan sebuah lagu untukku. Lagu yang sampai sekarang menjadi spesial ditelingaku. Sungguh ini membuatku hancur. Aku mengingatnya lagi tanpa bisa kutahan. Tak lama seorang temanku menepuk pundakku, ya dia adalah Aziza sahabatku.  Aku pun mulai teringat untuk mencari ruang belajar pertamaku.

Tengnong.....tengnong...tengnong!!!! Ya begitulah bunyi bel disekolahku. Masih sangat sederhana tetapi dapat menghilangkan kejenuhan.Waktu istirahatpun tiba. Sebagian besar siswa berbondong-bondong pergi kekantin. Entahlah, kaki ku seakan enggan pergi dari tempat duduk kelasku. Aku pun mencoba mendengarkan musik dari ponselku. Aku mendengarkan lagu favoritku "pelangi dimatamu" ya itulah lagu yang dulu pernah dinyanyikan Fikri dengan gitar sebagai iringan. Sungguh aku merindukan hal itu. Aku merindukan candaan manisnya, tanggung jawabnya, dan kesopanannya. "ya Allah, andai saja mencintainya bukanlah suatu yang haram bagiku. Andai saja merindukannya tidak menambah dosaku. Andai saja memandangnya, berbicara dengannya adalah suatu hal yang tidak termasuk golongan berzina, tapi aku tahu ini adalah haram sebelum waktunya tiba" ungkapanku dengan setetes air mata yang memaksa keluar.

Bersambung . . . .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar